Beramal Sholeh Tapi Rugi


Bagaikan Membawa Air
dalam Kendi yang Bocor


Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaykum  sahabat, kembali lagi bersama aku, si fakir ilmu yang selalu ingin berusaha menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia yang lain. Eeemh, aku jarang banget nulis di blog  ya haha. Tapi gak apa-apa yang penting, aku tidak akan lupa menyapa sahabat lewat tulisan-tulisan aku yang  masih jauh dari kata sempurna ini. Jadi sekarang aku mau bahas tentang apa yaaa? Penasaran? Yuk baca aja tulisan ini sampai akhir.

Mentemen, tahu apa itu kendi? Kalau di kampung, biasanya kendi itu digunakan sebagai tempat menyimpan air. Kamu bisa bayangin jika kita pergi ke sumur membawa kendi, dan kita isi kendi itu dengan air, lalu kita pulang berharap kita bisa memasak air yang ada didalam kendi, namun sesampainya dirumah, kita tidak mendapati air didalam kendi tersebut, kenapa? Karena kita mengisi air kedalam kendi yang bocor. Ambooy, betapa sia-sianya usaha kita. Kita pergi jauh-jauh ke sumur, kita isi kendi itu dengan air, eh tahu-tahunya kendi yang kita pakai bocor.

Mari kita analogikan kejadian diatas dengan kehidupan seorang manusia. Manusia mana yang ingin rugi? Semua manusia pasti ingin mendapat keuntungan. Seorang bos di perusahaan ternama, sahamnya banyak. Tapi dia akan selalu berhati-hati dalam memilih orang untuk diajak kerja sama, karena dia tahu betul risiko apa yang akan dia dapat, jika dia bekerjasama dengan orang yang tidak paham tentang bisnis, tentang keuangan, tentang perusahaan, dan lain sebagainya, pasti yang akan dia dapat hanyalah kerugian.

Dalam urusan dunia, manusia memang begitu, cenderung akan memikirkan untung dan rugi. Tapi mengapa dalam urusan akhirat tidak demikian? Coba tanyakan kepada diri kita sendiri, apakah kita pernah melakukan sebuah tindakan yang menyalahi aturan Allah? Memang setiap manusia pernah melakukan tindakan yang salah dalam hidupnya. Akan tetapi tidak sedikit dari mereka yang menyadari bahwa itu salah. Ada sebagian orang yang tahu, jika melakukan tindakan tersebut akan membuat dia berdosa, rugi. Anehnya, dia sengaja untuk berpura-pura tidak tahu, dan  tidak peduli terhadap dampak dari melakukan tindakan yang menyalahi aturan Allah, hanya untuk memuaskan nafsu semata. Dia memilih untuk mencari alasan, atau sibuk membenarkan diri demi menutupi kesalahan yang dia perbuat, aneh kan?

Oke, aku akan berikan beberapa contoh agar kita sama-sama mengerti bahwa dalam urusan akhirat pun, ada untung dan ruginya.

Ada seorang ahli ibadah, ilmunya banyak, masalahnya dia tidak mampu menjaga lisannya. Dia lukai hati setiap orang dengan lisannya yang tajam. Dia menyampaikan kebenaran dengan cara mencaci dan mengolok-olok. Maka apa yang dia dapat? Kerugian.

Ada anak muda yang bergelut dalam dunia dakwah, pemahaman agamanya luas, komunitasnya banyak, retorika dakwahnya mantap. Masalahnya saat dia sendiri, dia melakukan maksiat dihadapan Allah. Menonton film porno, atau melakukan tindakan yang menjijikan lainnya. Maka apa yang dia dapat? Kerugian.

Ada gadis, ibadahnya rajin, puasanya tidak pernah ketinggalan, tilawahnya merdu, sedekahnya tidak diragukan lagi, yang sunnah selalu dikerjakan, kehormatannya dijaga, tidak pacaran. Masalahnya dia tidak menurtup aurat dengan sempurna. Maka apa yang dia dapat? Kerugian.

Ada gadis yang sudah menutup aurat dengan sempurna, kebaikan apapun dia lakukan. Masalahnya, dia tidak pandai menjaga kehormatan. Rasa malu didalam dirinya hilang, dia tidak segan bercampur baur dengan lawan jenis, tertawa terbahak-bahak, bahkan dia berpacaran. Maka apa yang dia dapat? Kerugian.

Ada seorang saudagar kaya yang memiliki harta yang berlimpah. Dia membagikan harta kepada setiap orang yang dirasa membutuhkan bantuannya. Masalahnya, dia riya dan menyombongkan diri, bahwa apa yang dia miliki itu adalah hasil dari kepintaran dan kehebatan dia dalam berbisnis misal. Maka apa yang dia dapat? Kerugian.

Dan masih banyak contoh yang lain.

Kenapa mereka merugi dengan amal sholeh yang mereka kerjakan? Jawabannya adalah, mereka mencampur adukkan kebenaran dengan kebatilan. Mereka memang beramal sholeh, namun mereka juga melakukan maksiat didalamnya. Maka pahala yang mereka dapat dari amal sholeh yang mereka kerjakan, bagaikan  kayu yang dibakar, lalu menjadi arang, tak lama kemudian arang itu menjadi abu, jika abu itu tertiup angin? Hilanglah sudah. Dan usaha mereka dalam mengumpulkan amal sholeh, bagaikan membawa air didalam kendi yang bocor. Sia-sia saja.

Renungi ayat ini:

“Janganlah kalian campuradukkan antara kebenaran dan kebatilan, dan kalian sembunyikan yang benar padahal kamu mengetahuinya.” (QS. Al-Baqarah: 42)


Aku menyadari bahwa tidak ada manusia yang suci, semuanya pendosa. Allah pun bilang, kita jangan merasa paling suci, karena hanya Allah yang tahu keadaan kita. Tetapi, apakah semua orang yang tidak suci, berarti mereka semua tidak berhak berlaku benar? Apakah si pendosa selamanya akan menjadi pendosa? logikanya kesitu aja deh. Kalau kita telah menyalahi aturan Allah, dan kita tahu itu salah, ditambah lagi ada yang mengingatkan kita, mbo yo jangan malah bilang, “Gak ada manusia yang sempurna, dan jangan merasa suci.” Kenapa begitu? Harusnya kita sadar, tobat, taat, karena kalau tidak, hanya kerugian yang kita dapat.

"Demi waktu", kata Allah. Manusia itu sebenarnya ada dalam kerugian. Allah jelasin lagi di ayat ke-3 QS. Al-‘Asr.

“Kecuali orang-orang yang berimanan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran”


Jadi mentemen, manusia yang merugi atas amal yang mereka perbuat itu “Bagaikan Membawa Air didalam Kendi yang Bocor” kalau kata Ustadz Adi Hidayat, STMJ (Sholat Terus Maksiat Jalan) semua amal sholeh yang dikerjakan tidak ada artinya dihadapan Allah, karena manusia tersebut masih bermaksiat kepada Allah. 

Mentemen ingat satu hal, kerugian yang kita dapat di dunia, masih bisa kita atasi. Tapi bagaimana jika kita mendapat kerugian di akhirat? Aku tidak bisa bayangkan, mungkin kamu juga. Gimana sekiranya keadaan kita jika kita termasuk orang-orang yang merugi di akhirat kelak? Naudzubillah.

Diakhir pembahasan, aku ucapkan jazakallahu khairul jaza kepada semua yang bersedia meluangkan waktu untuk membaca tulisanku. Tidak perlu melihat siapa penulisnya, karena tulisan ini ditulis oleh tangan sorang pendosa. Yang aku harap, kamu bisa mengambil apa yang sekiranya benar dan bermanfaat, dan aku juga berharap, tulisan ini bisa membawa dampak positif dalam kehidupan aku, kamu, dan kita semua. 

Semoga dilain waktu, jika Allah masih memberikan waktu kepada diri ini. Kita bisa bertemu kembali. Oke, see you. Wassalamu’alaykum :)

Komentar

Postingan Populer